19 January 2010

Cerita Ekskursi Anak2 Power (tahap I)

Tulisan dari Ivan POWER 2007
Pagi hari nan indah berkilau jam 9.00 peserta mulai berangkat karena bis telat. Kunjungan pertama adalah ke PT. Indonesia Power, salah satu anak perusahaan listrik milik PT. PLN (Persero). Unit yang dikunjungi cuma Unit Bisnis Pembangkitan Saguling dan Power House-nya. Generator menggunakan merk Mitsubishi 3 fasa sinkron, dengan rating tegangan 16.5 kV, arus 7.212 A, dan putaran 333 rpm (1/3 kalinya praktikum kita). Sedangkan turbin bermerk Toshiba tipe Francis Vertical. PLTA Saguling menggunakan potensi air sebagai energi primer dengan membendung sungai Citarum. Selain Saguling, sungai ini juga digunakan oleh PLTA Cirata dan Jatiluhur yang didesain secara kaskade (berurutan) di hilirnya. Pembangkit ini mempunyai 4 generator, masing2 menghasilkan daya sekitar 175 MW dengan produksi listrik rata2 per tahun 2.158 GWh. Biaya operasional pembangkitan cuma Rp 116 dengan retribusi bendungan ke pemerintah daerah Rp 5 per kWh. Semua pengaturan kelistrikan diperintah oleh P3B (Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban) Jawa-Bali dengan bantuan software monitoring khusus.

Ga terlalu ada masalah operasional di pembangkit ini. Justru masalah utama yang dihadapi adalah pencemaran air dari pabrik2 di hulu. Air yang tercemar bisa mengurangi umur air cooler dari 15 menjadi hanya 3-4 tahun, selain itu alat2 juga terancam korosi. Ditambah dengan isu pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di dekatnya, bendungan ini terancam berpredikat sebagai septitank sampah terbesar di dunia (kata pak moderator) karena sampah yang terbawa arus sungai Citarum akan ‘tersaring’ di bendungan. Pencemaran juga menjadi lebih cepat karena DO rendah dan konsentrasi senyawa nutrien tinggi (akibat sisa penggunaan pupuk untuk perkebunan sayuran warga) menyebabkan eutrofikasi. Selain itu, penambangan pasir liar oleh warga di sekitar sungai juga berpotensi longsor dan menyebabkan masalah sedimentasi pasir pada alat. Sebagai upaya penanggulangan, unit ini sudah sangat menggalakkan gerakan anti pencemaran air, pemanfaatan eceng gondok sebagai biogas, serta konversi tanaman sayuran ke tanaman keras untuk meminimalkan erosi. Untuk ketersediaan air bersih untuk warga, sudah tersedia aliran sungai khusus yang telah melalui proses water treatment.

Nah di Power House, kita bisa belajar tahan gempa karena getaran lantainya lumayan terasa, apalagi waktu duduk ngampar, hehe. Gedung ini memiliki 2 lantai ke atas dan 5 lantai ke bawah tempat ‘menanam’ turbin dan generator. Sebelum masuk, semua diharuskan mematikan hape karena sinyalnya bisa mengganggu sistem kontrol. Disini, kita sedikit beralih membahas sistemnya. Di ruang monitoring utama, semua generator dan alat2 lain bisa dikontrol yang baru2 ini baru saja dikomputerisasi. Di panel utama ada banyak data yang bisa dimonitor, seperti kecepatan putar turbin, debit air, arus, tegangan, dan frekuensi. Ada juga data head hulu (600 mdpl) dan head hilir (200 mdpl), sehingga selisihnya 400an meter (fyi, pa Mukmin sedang mengembangkan pembangkit Low Head Generator 3-4 meter saja). Ciri khas PLTA biasanya digunakan untuk mensuplai beban puncak konsumen. Namun karena sekarang sedang musim hujan dan debit air melimpah, keempat generator difungsikan sebagai penyuplai beban dasar juga. PLTA Saguling juga berfungsi untuk pengatur frekuensi sistem Jawa-Bali karena telah diinstal peralatan LFC (Load Frequency Control) pada 50 Hz. Jika turun hingga 49.60 Hz, listrik perumahan akan dipadamkan, 49.40 HZ pabrik padam, lalu 49.20 Hz fasilitas militer dan publik akan padam juga untuk menstabilkan sistem. Jika terjadi blackout, PLTA ini juga yang pertama kali akan mengisi line tegangan 500 kV (line charging), baru setelah itu suplai pembangkit lain bisa masuk dalam sistem. Pada keadaan darurat, Power House ini punya Emergecy Generator berupa genset berbahan bakar solar berdaya kecil untuk pengaturan mesin. Ke depannya, PLTA ini akan membangun satu generator lagi, ditandai dengan tulisan ‘future’ pada panel utama. Power06 bilang belajar AST dulu kalau mau ngerti beginian. Ampun dah kk.

Lanjut masuk ke mekanik pembangkitan di 5 lantai bawah. Semua diharuskan memakai peralatan keamanan standar seperti helm dan penutup telinga (tapi ga semua dapat -_-). Sori disini anak2 ga terlalu jelas karena suara instruktur kalah keras dengan suara mesin walaupun sudah diinterupsi suara berkali-kali. Yang pasti di bagian bawah terdapat sudu2 turbin yang diputar langsung dari air bendungan melalui penstock (pipa pengontrol). Di tengah bagian pembangkitan elektrik (trafo, circuit breaker, dkk) dan di atas cuma terlihat shaft yang berputar konstan 333 rpm. Pembangkitan menggunakan generator sinkron 18 poles. Masih ingat kan waktu praktikum MME? 333 rpm x 18 poles / (60 rpm/Hz x 2) = 49.95 Hz. Jadi diharapkan frekuensi berkisar 50 Hz. Di beberapa lantai juga terlihat tangki oli dan bengkel. Untuk yang ini, Power06 menyarankan belajar Pembangkit dulu.

Setelah asik2an, perjalanan lanjut ke area PLTU Suralaya Cilegon. Peserta menginap di wisma Suralaya yang fasilitasnya ‘cukup’ lengkap. Nyampah bentar terus tidur dengan suasana pantai Selat Sunda. Mantap coy. Kalo mau tanya2 detil cari aja Jiwo, dia kape disini.


power house dan penstock (kuning)



switchyard didampingi merah putihku
Mungkin cuma oleh2 ini, foto2, sama pengalaman teknis yang bisa kita bagi2. Ayo belajar lebih semangat karena kita ga salah pilih jurusan! Keberlanjutan pengelolaan energi ada di tangan kita!

Tunggu cerita hari ke-2 nya. Cmiiw. Semoga bermanfaat. Karena hidup hAROES KOEAT!!

(a.n. Anak Bawang Ekskursi 2010)

0 comments:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP